HeadlineKajian Tasawuf

Tarekat Sebagai Solusi Kebangsaan, Membangun Generasi Emas 2045 Menuju Indonesia Maju

risalahsufi.id- Visi Indonesia Emas 2045 menuntut lahirnya manusia unggul yang berilmu, berintegritas, dan berkarakter. Dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, pembangunan SDM unggul dan reformasi birokrasi berintegritas menjadi dua agenda strategis menuju Indonesia Maju. Namun cita-cita itu menghadapi tantangan serius, mulai krisis moral generasi muda, lemahnya spiritualitas, hilang hilangnya orientasi hidup. Disorientasi nilai dan hedonisme digital melahirkan perilaku serba instan, dangkal, dan individualistis. Persoalan bangsa ini sejatinya berakar pada kerusakan hati dan pikiran, bukan semata kelemahan sistem.

Di sinilah tarekat hadir bukan sekadar tradisi dzikir, melainkan sistem pendidikan ruhani yang menata batin, menumbuhkan integritas, dan membentuk karakter bangsa. Tarekat mengajarkan tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa), dzikrullah (kesadaran ilahiah), dan khidmah (pengabdian sosial) sebagai tiga prinsip dasar manusia paripurna.

Rasulullah Muhammad SAW bersabda:

“Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging; jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menjadi pijakan dalam memperbaiki manusia dari dalam. Bila hati bersih, pikiran jernih, tindakan pun benar. Prinsip ini sangat relevan bagi bangsa yang menghadapi krisis integritas publik dan lemahnya etika sosial.

Para sufi besar menegaskan bahwa spiritualitas sejati tidak dapat dipisahkan dari syariat. Syekh Junayd al-Baghdadi menyatakan, “Ilmu kami berlandaskan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Hilyat al-Awliya’, X/255). Dengan demikian, tarekat bukan jalan menyimpang, melainkan pendalaman syariat menuju keikhlasan. Bisyr al-Harits al-Hafi menegaskan, “As-sufi man shafa qalbuhu lillah” yang artinya “Seorang sufi adalah yang hatinya suci hanya untuk Allah.” Kesucian hati inilah sumber kejujuran, tanggung jawab, dan kebersihan jiwa serta nilai yang menjadi fondasi kemajuan bangsa.

Dalam konteks kebangsaan, ajaran tarekat dapat dibaca sebagai strategi membangun SDM berkarakter spiritual dan etis. Dzikir melatih focus, disiplin, dan membangun kesadaran kehamabaan yang hakiki. Muraqabah menumbuhkan kesadaran diri, dan khidmah membangun semangat pelayanan publik. Nilai-nilai ini adalah ruh birokrasi yang bersih dan kepemimpinan berintegritas yang menjadi daya dorong dan prasyarat utama untuk mewujudkan visi Indonesia Maju.

Sejarah menunjukkan bahwa tarekat memiliki kontribusi nyata dalam perjuangan kebangsaan. Para wali dan ulama sufi seperti Sunan Kalijaga, Syekh Abdurrauf as-Singkili, dan Syekh Yusuf al-Makassari memadukan dakwah spiritual dengan perlawanan moral terhadap penjajahan. Mereka menanamkan cinta tanah air sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah. Dengan demikian, spiritualitas tarekat adalah kekuatan moral yang menumbuhkan patriotisme dan tanggung jawab sosial.

Dalam kerangka Generasi Emas 2045, nilai-nilai tarekat dapat diimplementasikan secara konkret. Pendidikan nasional perlu mengintegrasikan tasawuf moderat dalam pembentukan karakter. Pesantren-pesantren tarekat harus diperkuat sebagai basis kaderisasi pemimpin berintegritas dan berempati. Sementara Pusat Studi Tasawuf dan Kebangsaan dapat menjadi wahana riset dan kebijakan etika publik berbasis spiritualitas.

Tarekat yang akan dibangun sebagai suatu program prioritas nasional untuk menjadi solusi kebangsaan harus tetap berpijak pada keseimbangan antara dzikir dan pikir, syariat dan hakikat, cinta Tuhan dan tanggung jawab sosial. Seperti pesan Syeh Junayd al-Baghdadi, bahwa tidak ada kewalian tanpa ilmu dan amal. Tarekat sejati bukanlah pelarian dari dunia, melainkan sarana mengabdi kepada dunia dengan hati yang terhubung kepada Allah.

Generasi Emas 2045 bukan hanya generasi yang menguasai teknologi, tetapi generasi yang jernih hati, tajam pikir, dan teguh iman. Dari dzikir lahir kesadaran, lalu dari kesadaran tumbuh integritas, dan dari integritas tegaklah peradaban. Tarekat, dengan nilai-nilai moral dan spiritualnya, adalah jalan membangun bangsa yang tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga bercahaya secara rohani sehingga menjadi Indonesia yang maju dan dirahmati Tuhan.

Ditulis oleh; Muhaiminsah, M.I.Kom (Ketua LTN Idaroh Wustho Jatman Jatim)

Daftar Pustaka

  1. Al-Bukhari, Muhammad ibn Isma‘il. Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987.
  2. Muslim, Imam. Sahih Muslim. Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, 1991.
  3. Abu Nu‘aim al-Isfahani. Hilyat al-Awliya’ wa Thabaqat al-Asfiya’. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1988.
  4. Al-Qusyairi, Abu al-Qasim. Risalat al-Qusyairiyyah fi ‘Ilm al-Tasawwuf. Kairo: Dar al-Ma’arif, 2005.
  5. Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Madarij as-Salikin. Beirut: Dar al-Fikr, 1996.
  6. Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ ‘Ulum al-Din. Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1997.
  7. Yusuf al-Makassari. Safinat an-Najah. Manuskrip Tarekat Khalwatiyah, Makassar, abad ke-17.
  8. Presiden Republik Indonesia. Asta Cita dan RPJPN 2025–2045. Jakarta: Bappenas, 2024.
  9. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button